Mens sana in Corpore Sano,
di Dalam Tubuh yang Sehat Terdapat Jiwa
yang Sehat
Ada pepatah
mengatakan, mens sana in corpore sano. Di
dalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang sehat. Mungkin ada kaitannya dengan
pandangan para filsuf kuno yang sempat melihat tubuh sekedar penjara bagi jiwa,
tubuh sebagai kambing hitam pembuat manusia jatuh dalam kenikmatan ragawi,
tubuh sebagai penyebab manusia jatuh dalam dosa, atau tubuh yang fana dan jiwa
yang nir – fana. Tubuh dan jiwa nyatanya tidak dapat dipisahkan, saling
mengkonstruksi satu dengan yang lain, dan saling melengkapi.
Ajaran Paus Yohanes Paulus II
Ajaran-ajaran
magisterium Gereja menyebutkan nilai tubuh manusia terutama berkaitan dengan
seksualitas, prokreasi, dan moral hidup manusia.
Yohanes Paulus II
ketika menjadi Paus dengan serius memberikan perhatian pada makna hidup dan
kebertubuhan manusia. Paus YP II memaparkan Teologi Tubuh. Theology of The
body.
…tubuh sesungguhnya mampu
membuat terlihat apa yang tidak kelihatan, yang spiritual dan yang
ilahi. Tubuh telah diciptakan untuk menyalurkan ke dalam dunia yang
kelihatan ini, misteri yang tersembunyi sejak awal dalam diri Allah…dan karena
itu tubuh menjadi tanda bagi misteri itu. (TOB; 20 Februari 1980)
Yohanes Paulus II melihat tubuh begitu penting. Melalui
Theology of the Body, Yohanes Paulus II ingin menjelaskan apa arti tubuh
sebagai sebuah tanda bagi seseorang dan panggilannya untuk saling memberikan
diri dan bagaimana tubuh menjadi tempat penyataan diri Allah dan
rencanaNya bagi umat manusia. YP II juga ingin mengajak manusia mencermati,
betapa banyak hal ditawarkan untuk mempermudah manusia sebetulnya melemahkan
tubuh dan hidupnya. Iklan-iklan makanan cepat saji, misalnya, aneka obat
perawatan kecantikan, suplemen-suplemen energi, dan lain sebagainya. Manusia
digoda untuk mengabaikan tanda-tanda kelelahan, tidak mau sakit, ingin bekerja
terus, melampaui kekuatan tubuhnya, dan merekayasa tubuhnya jauh melampaui yang
sudah diberikan oleh Allah kepadanya.
Tubuh adalah modal pertama manusia untuk mengenal dunia, membangun
dunia, berperanserta dalam pergaulan, untuk memulai perubahan-perubahan, dan
untuk menjalani perutusan. Tubuh
bahkan dikatakan memiliki memori tersendiri. Tubuh mengingat apa yang menjadi
kebiasaan – habitus hidup manusia.
Para Suster CB, OSF, dan Institut Sekular Penebar Ragi
Kristus
Kebertubuhan
erat kaitannya dengan kesehatan. Dalam novena misioner Slasa Kliwonan, hadir
para suster Carolus Boromeus (CB) dan para Suster Santo Fransiskus (OSF). Kedua
kongregasi ini dikenal cukup lama bahkan sejak sebelum Keuskupan Agung Semarang
ada. Karya-karya kesehatan menjadi wujud nyata pelayanan dan semangat mereka.
Suster-suster CB bahkan sejak pertama kali memulai karya dengan merintis embrio
Rumah Sakit Panti Rapih. Panti Rapih memang
berarti Rumah Penyembuhan. Namun
demikian, karya kesehatan bukan sekedar soal merawat orang sakit. Karya
kesehatan juga mencakup keberpihakan pada mereka
yang miskin, kecil, tersisih,
dan menderita. Para suster yang berkarya dalam bidang
kesehatan meyakini perintah emas ini:
Hendaklah kamu mencintai Tuhan
Allahmu dengan seutuh hati, dengan seutuh jiwa dan dengan seluruh tenaga, serta
cintailah sesamamu seperti dirimu sendiri demi Tuhan.
Bukannya
tidak berpikir pada kesehatan dan kelelahan mereka sendiri. Akan tetapi, mereka
percaya bahwa Tuhan menyelenggarakan. Deus
Providebit.
Dalam
bentuk yang lebih sederhana, para anggota Institut Sekular PRK (Penebar Ragi
Kristus) juga bersinggungan dengan karya-karya kesehatan. Institut Sekular
Penebar Ragi Kristus adalah kelompok perempuan awam yang mengucapkan
Triprasetya kaul tanpa terikat pada biara manapun. Mereka justru mewajibkan
diri untuk hadir berkarya dimanapun mereka berada, terlebih lagi hadir untuk
berkarya mengembangkan masyarakat yang masih menderita. Dalam mewujudkan misi
tersebut, para anggota PRK memberi perhatian juga terhadap pengobatan dan
kesehatan. Sesuai dengan konteksnya, mereka seringkali hadir dengan
mengembangkan tanaman obat dan jamu yang menjadi alternatif pengobatan
tradisional bagi masyarakat pinggiran.
Kesembuhan
Barnabas Sarikrama, benih iman Gereja
Karya kesehatan menjadi salah satu
karya penting Gereja. Dasarnya tentu saja jelas, bahwa kesehatan masyarakat
adalah salah satu tanda hadirnya kerajaan Allah. Terbukti bahwa Yesus pun
menyembuhkan orang-orang sakit, mengutus muridnya menyembuhkan orang sakit,
membangkitkan orang mati, dan hadir untuk orang-orang yang sakit.
Lembaga-lembaga Gereja yang bergerak dalam bidang kesehatan mendampingi mereka
yang sakit agar tetap dapat merasakan belas kasih Allah kepada mereka. Mereka
yang sakit diajak untuk menyatukan penderitaannya dengan penderitaan Kristus
sendiri.
Bapak Barnabas Sarikrama yang menjadi
salah satu pilar pendiri kekatolikan di KAS juga mengalami perjumpaan dengan
Kristus karena sakit kaki yang tidak sembuh-sembuh. Dalam usahanya mencari
obat, Sarikrama ditunjukkan oleh wisik untuk mencari seorang yang berjubah
putih, sampai berjumpa dengan Rm van Lith dan menjadi Katolik. Sarikrama
berjanji, jika kakinya sembuh, kaki itu akan dipersembahkan untuk Tuhan. Dan
Sarikrama menepati nadarnya dengan mengajarkan iman Katolik di perbukitan
menoreh.
Dari novena ini, menjadi
jelas bahwa kesehatan adalah salah satu hal yang bisa menjadi sarana pewartaan.
Menjaga kesehatan itu penting, sebab dengan tubuh kita berkarya dan bersaksi.
Demikian juga, atas rahmat kesehatan kita diingatkan akan tugas kita.
“O, Pencinta hatiku yang manis
Berilah aku bagian dalam duka-Mu
Semoga hatiku bernyala-nyala karena cinta
Buatlah aku cakap dalam pengabdian-Mu
Tetapi tidaklah bermanfaat bagiku saja
Pun juga bagi keselamatan sesama manusia”.
(Elisabeth
Gruyters Pendiri Kongregasi, Suster suster Cintakasih St. Carolus Borromeus)
0 komentar:
Posting Komentar