Minggu, 08 Mei 2016

Novena Misioner Malem Slasa Kliwon di kerkof Rm. Sandjaja; Lembaga Hidup Bhakti dan Karya Kesehatan



Mens sana in Corpore Sano,
di Dalam Tubuh yang Sehat Terdapat Jiwa yang Sehat
Ada pepatah mengatakan, mens sana in corpore sano. Di dalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang sehat. Mungkin ada kaitannya dengan pandangan para filsuf kuno yang sempat melihat tubuh sekedar penjara bagi jiwa, tubuh sebagai kambing hitam pembuat manusia jatuh dalam kenikmatan ragawi, tubuh sebagai penyebab manusia jatuh dalam dosa, atau tubuh yang fana dan jiwa yang nir – fana. Tubuh dan jiwa nyatanya tidak dapat dipisahkan, saling mengkonstruksi satu dengan yang lain, dan saling melengkapi.


Ajaran Paus Yohanes Paulus II
Ajaran-ajaran magisterium Gereja menyebutkan nilai tubuh manusia terutama berkaitan dengan seksualitas, prokreasi, dan moral hidup manusia.
Yohanes Paulus II ketika menjadi Paus dengan serius memberikan perhatian pada makna hidup dan kebertubuhan manusia. Paus YP II memaparkan Teologi Tubuh. Theology of The body.
…tubuh sesungguhnya mampu membuat terlihat apa yang tidak kelihatan, yang spiritual dan yang ilahi. Tubuh telah diciptakan untuk menyalurkan ke dalam dunia yang kelihatan ini, misteri yang tersembunyi sejak awal dalam diri Allah…dan karena itu tubuh menjadi tanda bagi misteri itu. (TOB; 20 Februari 1980)
Yohanes Paulus II melihat tubuh begitu penting. Melalui Theology of the Body, Yohanes Paulus II ingin menjelaskan apa arti tubuh sebagai sebuah tanda bagi seseorang dan panggilannya untuk saling memberikan diri dan bagaimana tubuh menjadi tempat penyataan diri Allah dan rencanaNya bagi umat manusia. YP II juga ingin mengajak manusia mencermati, betapa banyak hal ditawarkan untuk mempermudah manusia sebetulnya melemahkan tubuh dan hidupnya. Iklan-iklan makanan cepat saji, misalnya, aneka obat perawatan kecantikan, suplemen-suplemen energi, dan lain sebagainya. Manusia digoda untuk mengabaikan tanda-tanda kelelahan, tidak mau sakit, ingin bekerja terus, melampaui kekuatan tubuhnya, dan merekayasa tubuhnya jauh melampaui yang sudah diberikan oleh Allah kepadanya.
Tubuh adalah modal pertama manusia untuk mengenal dunia, membangun dunia, berperanserta dalam pergaulan, untuk memulai perubahan-perubahan, dan untuk menjalani perutusan. Tubuh bahkan dikatakan memiliki memori tersendiri. Tubuh mengingat apa yang menjadi kebiasaan – habitus hidup manusia.




Para Suster CB, OSF, dan Institut Sekular Penebar Ragi Kristus

Kebertubuhan erat kaitannya dengan kesehatan. Dalam novena misioner Slasa Kliwonan, hadir para suster Carolus Boromeus (CB) dan para Suster Santo Fransiskus (OSF). Kedua kongregasi ini dikenal cukup lama bahkan sejak sebelum Keuskupan Agung Semarang ada. Karya-karya kesehatan menjadi wujud nyata pelayanan dan semangat mereka. Suster-suster CB bahkan sejak pertama kali memulai karya dengan merintis embrio Rumah Sakit Panti Rapih. Panti Rapih memang berarti Rumah Penyembuhan. Namun demikian, karya kesehatan bukan sekedar soal merawat orang sakit. Karya kesehatan juga mencakup keberpihakan pada mereka yang miskin, kecil, tersisih, dan menderita. Para suster yang berkarya dalam bidang kesehatan meyakini perintah emas ini:
Hendaklah kamu mencintai Tuhan Allahmu dengan seutuh hati, dengan seutuh jiwa dan dengan seluruh tenaga, serta cintailah sesamamu seperti dirimu sendiri demi Tuhan.
Bukannya tidak berpikir pada kesehatan dan kelelahan mereka sendiri. Akan tetapi, mereka percaya bahwa Tuhan menyelenggarakan. Deus Providebit.
Dalam bentuk yang lebih sederhana, para anggota Institut Sekular PRK (Penebar Ragi Kristus) juga bersinggungan dengan karya-karya kesehatan. Institut Sekular Penebar Ragi Kristus adalah kelompok perempuan awam yang mengucapkan Triprasetya kaul tanpa terikat pada biara manapun. Mereka justru mewajibkan diri untuk hadir berkarya dimanapun mereka berada, terlebih lagi hadir untuk berkarya mengembangkan masyarakat yang masih menderita. Dalam mewujudkan misi tersebut, para anggota PRK memberi perhatian juga terhadap pengobatan dan kesehatan. Sesuai dengan konteksnya, mereka seringkali hadir dengan mengembangkan tanaman obat dan jamu yang menjadi alternatif pengobatan tradisional bagi masyarakat pinggiran. 





Kesembuhan Barnabas Sarikrama, benih iman Gereja

Karya kesehatan menjadi salah satu karya penting Gereja. Dasarnya tentu saja jelas, bahwa kesehatan masyarakat adalah salah satu tanda hadirnya kerajaan Allah. Terbukti bahwa Yesus pun menyembuhkan orang-orang sakit, mengutus muridnya menyembuhkan orang sakit, membangkitkan orang mati, dan hadir untuk orang-orang yang sakit. Lembaga-lembaga Gereja yang bergerak dalam bidang kesehatan mendampingi mereka yang sakit agar tetap dapat merasakan belas kasih Allah kepada mereka. Mereka yang sakit diajak untuk menyatukan penderitaannya dengan penderitaan Kristus sendiri.
Bapak Barnabas Sarikrama yang menjadi salah satu pilar pendiri kekatolikan di KAS juga mengalami perjumpaan dengan Kristus karena sakit kaki yang tidak sembuh-sembuh. Dalam usahanya mencari obat, Sarikrama ditunjukkan oleh wisik untuk mencari seorang yang berjubah putih, sampai berjumpa dengan Rm van Lith dan menjadi Katolik. Sarikrama berjanji, jika kakinya sembuh, kaki itu akan dipersembahkan untuk Tuhan. Dan Sarikrama menepati nadarnya dengan mengajarkan iman Katolik di perbukitan menoreh.
Dari novena ini, menjadi jelas bahwa kesehatan adalah salah satu hal yang bisa menjadi sarana pewartaan. Menjaga kesehatan itu penting, sebab dengan tubuh kita berkarya dan bersaksi. Demikian juga, atas rahmat kesehatan kita diingatkan akan tugas kita.
 O, Pencinta hatiku yang manis
Berilah aku bagian dalam duka-Mu
Semoga hatiku bernyala-nyala karena cinta
Buatlah aku cakap dalam pengabdian-Mu
Tetapi tidaklah bermanfaat bagiku saja
Pun juga bagi keselamatan sesama manusia”.

(Elisabeth Gruyters Pendiri Kongregasi, Suster suster Cintakasih St. Carolus Borromeus)

0 komentar:

Posting Komentar