Senin, 02 Mei 2016

Novena Malem Slasa Kliwon di Kerkof Rm. Sandjaja Muntilan: Lembaga Hidup Bhakti dan Karya Penyelamatan Keutuhan Ciptaan



Syukur atas kehadiran
Lembaga Hidup Bakti dan
Perhatian pada Pelestarian Alam Ciptaan

1. Secara singkat bagaimana diperkenalkan spiritualitas OFM dan sumbangan karyanya bagi umat Allah di Keuskupan Agung Semarang?
OFM tidak mempunyai karya pastoral maupun kategorial khusus di Keuskupan Agung Semarang. Hal ini dapat dimaklumi karena OFM hanya memiliki rumah pendidikan bagi calon imam dan bruder di Yogyakarta. Namun demikian, tidak berarti OFM tidak melakukan apapun bagi umat di Keuskupan Agung Semarang. Melalui keterlibatan dengan umat di lingkungan maupun dengan umat beragama lain di sekitar tempat tinggal para saudara, para fransiskan yang rata-rata masih muda hendak menularkan semangat spiritualitas fransiskan kepada setiap orang yang dijumpai. Para saudara selalu terbuka atas prakarsa-prakarsa umat yang hendak berkegiatan di tempat para saudara tinggal. Beberapa saudara juga terlibat dalam tugas-tugas koor lingkungan dan tugas-tugas di paroki. Tidak hanya itu, bersama saudara-saudari yang tergabung dalam Keluarga Fransiskan Fransiskanes Yogyakarta (KEKANTA) para saudara juga terlibat dalam kehidupan umat yang tinggal di daerah-daerah pelosok KAS melalui kegiatan live-in. Tidak saja di lingkungan umat katolik, para saudara juga terlibat dalam kehidupan bermasyarakat melalui kehadiran dalam ronda dan rapat RT/RW. Biara tempat tinggal para saudara pun pernah menjadi tempat dilangsungkannya rapat RT/RW tersebut. 
 
Tentu saja hal ini bukanlah sumbangan yang besar bagi umat dan masyarakat sekitar. Namun demikian, melalui keterlibatan ini para saudara hendak menularkan semangat persaudaraan dan kemauan untuk merasakan apa yang dialami oleh kebanyakan orang di sekitar mereka. Santo Fransiskus pernah menjawab pertanyaan salah seorang saudara, “Bapa, di manakah biara kita?” Sambil memandang sekeliling sang santo mengatakan, “Biara kita adalah seluruh dunia.” Para saudara berusaha untuk hadir di setiap lorong-lorong kehidupan yang ditinggali oleh mahluk ciptaan Allah yang paling mulia, manusia. Bagi para saudara, kehadiran satu-sama lain itulah yang amat mahal di jaman yang segala sesuatunya dapat dilakukan secara virtual ini. 
2. Apa visi-spiritualitas OFM mengenai pendampingan keutuhan alam ciptaan di jaman ini?
           
Para saudara OFM banyak mendampingi masyarakat yang terpinggirkan di daerah-daerah yang jauh dari pusat kekuasaan, seperti Flores, Lembata dan Papua. Pada umumnya pendampingan dan pembelaan terhadap masyarakat yang terpingggirkan tersebut berkaitan dengan pemeliharaan keutuhan alam ciptaan, seperti penolakan tambang yang merusak dan menghancurkan kehidupan masyarakat adat. Tentu saja hal ini bukan kebetulan semata, atau bahkan sikap latah karena naiknya perhatian dunia terhadap kelestarian alam ciptaan. Hal ini telah menjadi DNA bagi para fransiskan, menyatu dalam spiritualitas dan memberi corak hidup bagi para fransiskan. Para saudara melihat bahwa Allah menciptakan alam semesta ini baik adanya, dan berkehendak untuk menjaganya. Melalui tindakan ini para saudara hendak menyatakan imannya, kasihnya kepada Allah yang telah memberi kehidupan dan segala sesuatu yang mendukungnya sebagai wujud kasihnya yang besar pada manusia. Bagi para saudara, membiarkan kerusakan terhadap alam ciptaan terus terjadi sama halnya membiarkan relasi kasih Allah dan manusia itu rusak. Para saudara meyakini jika relasi itu rusak, maka hilang pulalah identitas kemanusiaan kita. 

3. Hal-hal konkret-praktis apa yang kiranya bisa menjadi masukan-masukan untuk umat Dewan Pastoral Paroki dalam mewujudkan panggilan melestarikan alam ciptaan? 

Keuskupan Agung Semarang sangat beruntung memiliki banyak tokoh katolik baik klerus maupun awam, baik yang dikenal banyak orang, maupun yang bekerja dalam keheningan, yang sungguh berdedikasi dalam pelestarian alam ciptaan. Namun demikian, perlu disadari bahwa tidak semua umat di Keuskupan Agung Semarang mempunyai tingkat kesadaran yang baik dalam hal pelestarian alam ciptaan ini. Gereja sebenarnya merupakan lembaga yang mampu secara efektif menularkan kebiasaan-kebiasaan kecil yang dapat menumbuhkan sikap batin yang tetap dalam hal pelestarian lingkungan. Hal ini dapat dilakukan melalui kebijakan-kebijakan pastoral yang ‘hijau’, seperti pengurangan penggunaan minuman kemasan ketika rapat, materi Bina Iman Anak yang memperkenalkan anak-anak tentang pelestarian lingkungan sejak dini, workshop untuk OMK, tema-tema retret Dewan Paroki yang memasukkan unsur-unsur pelestarian lingkungan, pencerahan kepada umat bahwa pola hidup ‘hijau’ dapat diselaraskan dengan ‘kebutuhan ekonomis’, dan pendidikan generasi muda di paroki yang tidak saja nenekankan pada kesuksesan ekonomi, tetapi juga kesuksesan ekologi.

0 komentar:

Posting Komentar