Museum Misi Muntilan

Museum khusus yang menekankan pengembangan nilai - nilai karya misi Keuskupan Agung Semarang ( KAS ) rintisan Pater Frans Van Lith, SJ yang menyajikan koleksi atau peristiwa masa lampau pada kini dan sekaligus menjadikan peristiwa sejarah itu sebagai dasar yang kokoh untuk membangun masa depan.

Kawasan Situs Misi Muntilan

Muntilan dikenal sebagai Bethlehem of Java yang menjadi awal tumbuhnya kekatolikan di tanah Jawa.

Kisah Misi Jawa di Museum Misi Muntilan

Garis ungu menunjukkan aneka kisah, benda, tokoh, situs misi tertentu. Garis oranye menunjukkan hubungan situs misi KAS ( Keuskupan Agung Semarang ) yang ada di Museum Misi Muntilan

Beberapa koleksi Musium Misi Muntilan

Sajian koleksi di Museum Misi berdasarkan konsep - konsep misioner.

Pelayanan pengunjung Museum Misi Muntilan

Pelayanan kunjungan dari aneka kelompok, baik dari mancanegara maupun domestik.

Jumat, 29 Mei 2015

Video & syair Lagu : Cita-Cita (untuk anak-anak TK/PIA)


CITA-CITA
Cipt. Ant. Sena (Tim KKM/KKI KAS)

Aku punya cita-cita
Kamu punya cita-cita
Ayo kita raih
Cita-cita mulia

Jadi anak yang berbakti
Yang rajin juga mandiri
Jangan lupa doa
Masa depan ceria

Video & Syair Lagu Animasi Misioner "Bintang Misioner" (untuk anak-anak Sekolah Minggu/PIA)




BINTANG MISIONER
Cipt. Rm. Nugroho Tri, Pr (Ketua KKM/KKI KAS)

Tuhan Yesus panggil aku jadi bintang
Jadi terang keluarga dan lingkungan
Di Gereja di kampung dan dijalanan
Biar kecil saksi Kerajaan Tuhan

Teater Bangun Budaya dalam NOVENA SELASA KLIWON - Lembaga Hidup Bhakti dan Karya Penyelamatan Keutuhan Ciptaan Tuhan

Teater Bangun Budaya dari Sumber menyajikan tampilan bertema Penyelamatan Keutuhan Ciptaan Tuhan dalam Novena Malem Selasa Kliwon di Kerkof Muntilan, Senin 25 Mei 2015

Rabu, 27 Mei 2015

Buku-buku yang diterbitkan oleh Museum Misi Muntilan

PAGUYUBAN LINGKUNGAN
(Sebuah Gagasan Pengembangan)

Kalau tidak boleh mengatakan luput dari perhatian para penulis buku agama, tulisan tentang lingkungan masih sangat sedikit. Buku kecil Paguyuban Lingkungan (Sebuah Gagasan Pengembangan) menyajikan catatan-catatan di sekitar umat lingkungan: latar belakang gambaran Gereja dan sejarahnya, jatidirinya, fungsinya, dan gagasan strategis untuk pengembangannya.
Isi yang disajikan memang dilatarbelakangi oleh upaya pengembangan umat lingkungan di Keuskupan Agung Semarang. Bagi para pengurus dan penggerak umat lingkungan paroki-paroki Keuskupan Agung Semarang, tulisan ini memberikan wawasan pengembangan bagian konkret Gereja yang signifikan dan relevan bagi warganya dan relevan bagi masyarakat sekitar.
Bagi pengurus dan penggerak lingkungan paroki-paroki di luar Keuskupan Agung Semarang, buku ini dapat menjadi referensi pengembangan umat yang konstekstual.

Harga buku @ Rp. 15.000,-
Penyusun dari Tim Edukasi Museum Misi Muntilan Pusat Animasi Misioner 


PENDIDIKAN KATOLIK
MODEL VAN LITH

Karya pendidikan Rama van Lith telah membuahkan pribadi-pribadi yang bukan saja menghidupi intisari iman kristiani namun juga cerdas mengaktualisasikan dalam kehidup nyata yang dihadapi. 

Nilai-nilai iman yang diwariskan oleh Rama van Lith inilah yang senantiasa menantang manusia-manusia zaman kini untuk menghidupinya dalam konteks perkembangan situasi hidup dan budaya yang senantiasa berubah dan berkembang. 





Harga buku @ Rp. 15.000,-
Penyusun dari Tim Edukasi Museum Misi Muntilan Pusat Animasi Misioner 



BARNABAS SARIKRAMA
Orang Indonesia Pertama Penerima Bintang Kepausan

Sudah banyak tokoh Gereja yang ditulis. Umumnya mereka ditulis karena peri hidup yang saleh dan suci. Harapannya agar umat beriman meneladani kesalehan atau kesucian para suci ini. Buku ini tidak bertutur tentang seorang santo atau santa, tentang orang yang saleh atau suci, melainkan tentang seorang awam biasa. Namun dia layak disebut sebagai seorang tokoh Gereja. Ketokohannya, yang juga pantas diteladani umat beriman, tidak terletak pada kesalehan dan kesucian hidupnya, tetapi lebih pada kesetiaan, ketekunan dan kesungguhan hatinya dalam menjalani tugas sebagai pewarta iman. Barangkali dia meyakini tugas sebagai pewarta iman yang dijalaninya dengan sepenuh hati, segenap jiwa, seluruh hidup, sebagaimana juga karya-karya yang lain itu, bagaikan keping mata uang merupakan sisi lain dari kesalehan dan kesucian.
Semoga dengan membaca tulisan ini, banyak saudara-saudara kita yang terdorong untuk memberikan sebagian diri, hati, pikiran dan waktunya untuk pewartaan kabar gembira, baik di Keuskupan Agung Semarang, maupun di tempat-tempat lain. Semoga dengan demikian doa kita sehari-hari "Datanglah Kerajaan-Mu", semakin terwujud. (Mgr. Ignatius Suharyo - Uskup Agung Semarang ke-4)

Harga buku @ Rp. 15.000,-  penulis oleh St. S. Tarton





 

FOTO-FOTO PELAYANAN PENDAMPINGAN TIM EDUKASI MMM PAM

 Rekoleksi Paguyuban Lansia Kumetiran (1)
 PelatihanPendamping PIA Paroki Klepu (1)
 PelatihanPendamping PIA Paroki Klepu (2)
 PelatihanPendamping PIA Paroki Klepu (3)
 PelatihanPendamping PIA Paroki Klepu (4)
 Rekoleksi Paguyuban Lansia Kumetiran (2)
Rekoleksi Paguyuban Lansia Kumetiran (3)

Animasi Misioner - Lagu-lagu


Benda-benda Koleksi di Museum Misi Muntilan

Benda-benda Koleksi di Museum Misi Muntilan
Peninggalan Mgr. Albertus Soegijapranata, SJ (Uskup Pribumi Pertama Indonesia).
- Jubah uskup
- Mitra
- Solideo
- Bonet
- Foto
- Surat baptis
- Surat Presiden RI Ir. Soekarno untuk peresmian cungkup makam
- Buku Misale Romanum (Buku Misa berbahasa Latin)

Motto tahbisan uskup Mgr. Soegija : In Nomine Jesu
Sesanti Mgr. Soegija : 100 % Katolik, 100 % Indonesia 







Peninggalan Kardinal Justinus Darmojuwono (Kardinal Pertama Indonesia)
- Jubah uskup
- Mitra
- Topi rekreasi
- Tempat menyimpan minyak krisma
- Foto
- Potongan tongkat
- Alat makan : piring, sendok, garpu


Motto tahbisa uskup Kardinal Darmajuwono : In Te Confido
Sesanti Kardinal Darmajuwono : Dadi warganing pasamuwan kuwi kudu gelem kumpul. Sing ora kumpul bakal ucul. Sing padha kumpul kudu wani cucul...Sithik ora ditampik akeh tansaya pekoleh.







Buku Misale Romanum (Buku Misa bahasa Latin) milik Mgr. Soegijapranata


Buku ini cetakan 18 Oktober 1920 dipergunakan oleh Mgr. Soegija pada saat memimpin perayaan Ekaristi (Misa Kudus) dengan bahasa Latin. Dalam Missae Romanum terdapat Ordo Missae (Tata Perayaan Ekaristi), yaitu bagian dari Misa yang memuat rumus doa-doa tetap untuk perayaan Ekaristi. Imam boleh memilih dari antara beberapa rumus yang disediakan. 



Buku  Missae Defunctorum (buku Upacara kematian) milik Mgr. Soegijapranata
Cetakan 13 April 1928 Buku upacara kematian milik Mgr. Alb. Soegijapranata dipergunakan didalam memimpin upacara pemberkatan orang meninggal (pemberkatan jenazah/ rekuiem).


 
Sepeda Onthel (sarana bermisi Tarsisius Karim Darmasuprapto 'mbah Darmo' Katekis Petama Kelor)


Diambil dari Gereja Paroki Kelor Wonosari. Diberikan oleh putri Mbah Darmo dan diserahkan pihak Museum Misi Muntilan.
Sepeda Onthel ini dipakai oleh Mbah Darmo sebagai sarana transportasi menuju tempat-tempat dimana beliau mengajar agama di beberapa daerah di Gunung Kidul..

 


Jubah & Kasula Mgr. Albertus Soegijapranata, SJ

1 (satu) stel pakaian imam terdiri dari jubah, kasula, singel dan stola. Bahan dari kain dan semuanya berwarna kuning. Dan pada bagian stola ada hiasan dengan bordir  bergambar Allah Bapa, Yesus Putra dan Roh Kudus. Keadaan utuh dan masih baik.

1 stel pakaian imam milik Mgr. Alb. Soegija. Dipakai sbg perlengkapan dlm memimpin perayaan Ekaristi.

Catatan :

Kasula : disebut paenula atau planeta, berasal dari bahasa Latin casula berarti gubuk kecil atau pakaian luar. Kasula merupakan pakaian liturgi resmi yang dipakai pada bagian paling atas.

Stola : pada mulanya merupakan tanda pangkat jabatan dalam kekaisaran Romawi. Kini stola dipakai oleh orang-orang yang ditahbiskan Stola dipakai di atas kedua pundak dan stola membujur ke depan dan sejajar..

 





Lonceng Prenthaller (Lonceng Angelus) - peninggalan Romo Prenthaller, SJ

Lonceng ini awal mula berada di Stasi Nyemani, Boro, Kalibawang kemudian diambil oleh Tim Museum Misi Muntilan. Lonceng ini terbuat dari besi baja asli, dibagian atas lonceng terdapat gambar Ibu Maria dengan   tulisan melingkar yang berbunyi : Dewi Mariyah Sembah bektinipoen aanah djawi oegi.



Lonceng ini merupakan salah satu peninggalan dari Rm. JB. Prennthaler, SJ yang didatangkan dari Belanda pada tahun 1928. Dipasang di sepanjang perbukitan Menoreh, yang dalam fungsinya sebagai sarana untuk mengingatkan waktu berdoa Angelus / Doa Malaikat Tuhan setiap jam 6 pagi, 12 siang, 6 sore. Selain itu digunakan sebagai sarana komunikasi warga masyarakat, seperti  untuk mengumpulkan warga, tanda ada warga yang meninggal, dll.